Nama : Aurel Gracia
Nim : 22016014
Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah
Dosen pengampu : Dr.abdurahman,M.pd.
Sesi(08.50-12.20)
A. Genre Sastra Klasik
Pengertian Sastra Klasik Sastra lama Indonesia yang biasa distilatakan sastra klasik dapat diartikan sebagai karya sastro yang memakai bahasa Melayu Penggunaan bahasa Melayu ialah bahasa yang dipakai sebagai pangkal bahasa Indonesia Jika kita mengamati pembelajaran sastra lama dalam kajian filologi, maka hal yang dipelajari adalah naskah Pada saat kita mempelajan naskah maka akan terungkap bahasa yang dipakai, misalnya bahasa yang dipakai dalam naskah ialah bahasa Melayu dengan tulisan Arab, bersifat ononim, kadang terdapat nama penyalin yang terdapat dalam kolofon naskah atau informasi naskah Sasha kasik juga dapat diartikan sebagai karya yang dihasilkan oleh sastrawan yang berada pada zaman kerajaan atau masa ketika belum adanya pengerakan nasional
Hasil sastra lama itu cukup besar jumlahnya Hal ini dapat dengan mudah kita ketahui dan kita buktikan dan beberapa katalogus naskah yang mendaftarkan dan menguraikan serba ringkas isi naskah itu yang umumnya terdapat di perpustakaan universitas dan bagian naskah di museum di Jakona, Leiden, London, Munich, Brusel Kuala Lumpur, dan lain-lain lihat Howard. 1966) Sebagai contoh di Musium Nasional Jakarta saja naskah Melayu itu terdaftar sebanyak 953 naskah lihat Sutoorga 199721 Data Data terakhir tahun 2013, Perpustakaan Nasional Ri memiliki total koleksi data primer berupa naskah Nusantara sebanyak 10.613eksemplar, sementara data primer berupa terbitan berkala berbentuk majalah lama sebanyak 6.285 judul. Di Leiden lebih banyak lagi yang terdaftar dalam katalogus Juinboll (1899) dan van Ronkel 19211 dan di London terdaftar dalam katalogus yang disusun oleh Rocklefs (1977), masa waktunya pun cukup lama yaitu sejak orang Meayu mengenal tulisan, khususnya tulisan Arab yang biasa disebut tulisan Arab-Melayu, diperkirakan abad ke-17, kemudian tulisan latin sampai dengan masa kita mengenal mesin cetak yang digunakan untuk menerbitkan karya sastra itu, yaitu zamon Balai Pustaka sekitar tahun 20-on sastra Indonesia Modem pada zaman Bolai Pustaka ini Sebelum zaman Balai Pustaka ini karya sastra yang ditulis dengan bahasa Melayu disebut sastra Melayu klasik otou sastra Indonesia lama
B.Perbedaan Sastra Klasik dengan Sastra Modem
Perbedaan sastra Melayu Klasik dengan sastra Modem Indonesia Jika menggunakan analogi Sastra ada setelah bahasa ada maka kesusastroan Indonesia baru ada mulai tahun 1928 Karena nama bahasa indonesia secara politis baru ada setelah bahasa Melayu di dikrarkan sebagai bahasa persatuan pada tanggal 28 Oktober 1928 yang dikenal dengan Sumpah Pemuda Namun menurut Ayip Rosidi dan A Teesaw, Kesusastraan Indonesia Modem ditandai dengan rasa kebangsaan pada karya sastra Contohnya seperti Moh Yamin, Sanusi Pane, Muh. Hatta yang
mengumumkan sajak-sajak mereka pada majalah Yong Sumatera sebelum tahun 1928 Cin dan sifat sastra modem, yaitu masyarakatnya muali kreatit Indo -Eropa Nonim, dan dinamis, serta tulis dan cetak Masa yang ada dalam sastra modem indonesia dibagi dalam (11a Masa Kebangkitan 11920-1945), yaitu: 11 Penode 1920 Angkatan Balai Pustakal
C. Sifat Ciri Sastra Klasik
Bicara sifat dan on sastra klasik terlebih dahulu harus gambarkan bahwa sastra klasik dapat dikatakan sebagai penode zaman asli prasejarah atau zaman nirekha, yakni zaman belum ada tulisan. Di zamn ini sastra berbentuk lean, puisi maupun prosa. Mula-mula lahir puisi yang berbentuk mantra, Mantra adalah alat ntual, jampi-jampi, pekasih, pengusir stan, dan sebaginya Selanjutnya berkembang menjadi bahasa benrama, kemudian muncul pantun, pusi ini mudah dihalal sebagai alat pergaulan Setelah itu muncul gunndam, sebgai alat persuasi adat dan nasehat. Benkutnya muncul pula mite, legenda, fable, dan centa jenaka dengan tokoh-tokohnya yang lucu
Contoh mantra agar anjing tidak melolong Pulanglah engkau kepada rimba sekampung Pulanglah engkau kepada mmba yang besar Pulanglah engkau kepada goung Guntung Pulanglah engkau kepada sungai tiada beshulu Pulanglah engkau kepada kolam tiada bergali Pulanglah engkau kepadatasik yang tiada berorang Pulanglah engkau kepada mata air yang tada kening. Jika engkau tak mau kembali mahlah engkau..
Bunyi mantra di atas memiliki daya magis yang terdapat pada bunyi gaya pararelisme dan inonim konotatif, seperti goung guntung yaitu kiasan lembah atau ngarai yang dalam sungai tiada berhulu, yaitu kiasan selat, kolam tiada todo bergal yaitu kiasan laut, tasik tioda berorang, yaitu kiasan danau di
tengah rimba, mata air yang tiada kering, mengandung kasan mba dan gunungnya.
Sementara ciri sastra klasik dapat diuraikan sebagai berikut:
a. Statis, tidak mudah menenma pengaruh luar a statis dalam lukisan, sepem pujian kepada seorang gadis Rambutnya mayang terural dahinya seperti bulan 14 har, alisnya seperti semut betining bulu matanya lentik seperti siraut jatuh, matanya cemerlang seperti bintang timur atau matonya sayu seperti redup redup Min menyala, hidungnya mendasun tunggal pipinya seperti pauh dilayang bibimya delima merkah dogunya seperti lebah bergantung, giginya sebons mubara, lendangannya sebentuk gondewa, jari-jarinya mendunk landak, kukunya seperti bulan tiga har pahanya seperti paha belalang, betisnya seperti perut) pod tumitnya putih seperti telur burung, lenggangnya seperti hanmau kelaparan, merdu bicaranya seperti suara buluh perindu
b. Stats, fanatik dalam menggunakan dalil-dalil sebagap engantar sebuah uraian, seperti:
Kerajaan Kelantan, nasrun min Allah wa fathunq onbun wa basyir il mukminin Bantuan dan Allah dan Kemenangan telah dekat, khabarkanlah warta baik ini kepada mereka yang percaya (Kalimat dalam benderaKelantanSenang menggunakan istilah-istilah Arab sebagai pengantar amabakdu, al kissah, hatta, kata sahibulhikayat, pesan sahibulboet, dsb.
C.Statis dalam bentuk karangan, mengutamakan persajakan, seolah-olah mengabaikan isi yang akan di sampaikan pantun syair, talibun 2 Anonim karya sastra dianggap punya bersama. Karena itu kita tidak mengetahui siapa pengarang pantun, talibun, gurindam, syair. Juga umumnya karya sastra bentuk prosa zaman ini.
D. Contoh-contoh Teks/Lisan Sastra Klasik Nusantara
1. Gurindam
Gurindam ini dibawa oleh orang Hindu atau pengaruh sastra Hindu. Gurindam berasal dari Bahasa Tamil (India) yaitu kirindam yang berarti mula-mula asal perumpamaan.
Gurindam adalah satu bentuk puisi Melayu lama yang terdiri dari dua baris kalimat dengan irama akhir yang sama, yang merupakan satu kesatuan yang utuh. Baris pertama berisikan semacam soal, masalah atau perjanjian dan baris kedua berisikan jawabannya atau akibat dari masalah atau perjanjian pada baris pertama tadi. Gurindam berisi nasihat, petuah, ajaran moral kebaikan dan budi pekerti.
Ciri-ciri Gurindam adalah sebagai berikut:
1.Setiap bait terdiri atas dua baris atau larik
2.Biasanya menggunakan pola rima sama atau lurus (a – a)
3.Umumnya setiap baris terdiri atas 4-6 kata (8-12 suku kata)
4.Baris pertama dan kedua biasanya membangun hubungan sebab akibat
5.Umumnya mengandung petuah, nasihat, atau amsal (ucapan yang mengandung kebenaran).
2. Hikayat
Hikayat adalah salah satu bentuk sastra prosa, terutama dalam Bahasa Melayu yang berisikan tentang kisah, cerita, dan dongeng. Umumnya mengisahkan tentang kehebatan maupun kepahlawanan seseorang lengkap dengan keanehan, kesaktian serta mukjizat tokoh utama. Sebuah hikayat dibacakan sebagai hiburan, pelipur lara atau untuk membangkitkan semangat juang.
Ciri-ciri Hikayat:
1. Isiceritanya berkisar pada tokoh raja dan keluarganya.
2.Bersifat pralogis, yaitu mempunyai logika tersendiri yang menyebutkannya fantastis.
3.Mempergunakan banyak kata arkais (klise).
4.Nama pengarang biasanya tidak disebutkan (anonim).
3. Karmina
Karmina atau pantun kilat adalah pantun yang terdiri dari dua baris. Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua adalah isi. Memiliki pola sajak lurus (a-a). Biasanya digunakan untuk menyampaikan sindiran ataupun ungkapan secara langsung.
Ciri-ciri Karmina :
Terdiri dari dua baris
Bersajak a-a
Terdiri dari 8-12 suku kata
Baris pertama merupakan sampiran dan baris kedua merupakan isi
Contoh pantun karmina :
Sudah gaharu cendana pula.
Sudah tahu masih bertanya pula.
4. Pantun
Pantun merupakan salah satu jenis puisi lama yang berasal dari kata patuntun dalam bahasa Minangkabau yang berarti "petuntun". Lazimnya pantun terdiri atas empat larik (atau empat baris bila dituliskan), setiap baris terdiri dari 8-12 suku kata, bersajak akhir dengan pola a-b-a-b dan a-a-a-a (tidak boleh a-a-b-b, atau a-b-b-a). Pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.
Semua bentuk pantun terdiri atas dua bagian: sampiran dan isi. Sampiran adalah dua baris pertama, kerap kali berkaitan dengan alam (mencirikan budaya agraris masyarakat pendukungnya), dan biasanya tak punya hubungan dengan bagian kedua yang menyampaikan maksud selain untuk mengantarkan rima/sajak. Dua baris terakhir merupakan isi, yang merupakan tujuan dari pantun tersebut.
Contoh Pantun:
Kayu cendana diatas batu
Sudah diikat dibawa pulang
Adat dunia memang begitu
Benda yang buruk memang terbuang
Tema talibun biasanya berdasarkan fungsi puisi tersebut. Contohnya seperti berikut:
Mengisahkan kebesaran/kehebatan sesuatu tempat dll
Mengisahkan keajaiban sesuatu benda/peristiwa
Mengisahkan kehebatan/kecantikan seseorang
Mengisahkan kecantikan seseorang
Mengisahkan kelakuan dan sikap manusia
Mengisahkan perlakuan dimasa lalu
Contoh Talibun:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak beli
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanakpun cari
Induk semang cari dahulu.
8.Bidal
Bidal adalah jenis puisi lama dalam bentuk peribahasa dalam sastra Melayu lama yang kebanyakan berisi sindiran, peringatan dan nasihat. Penulisan peribahasa di dalam bidal memiliki arti yang lugas serta memiliki irama dan rima. Bidal tidak memiliki aturan tertentu dalam penyusunan baris dan bait.
9.Seloka
Seloka adalah sajak yang mengandung ajaran,sindiran,dan sebagainya (Ali,2006:405). Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sbab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait. Biasanya ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair,terkadang dapat pula ditemui seloka yang ditulis lebih dari empat baris. Ciri–ciri :
1. Ditulis empat baris memakai bentuk pantun atau syair
2. Namun ada seloka yang diyulis lebih dari empat baris.
DAFTAR PUSTAKA
Attas, Gomo Siti. 2018. Sastra Klasik. Jakarta:Unj Press.
Pardede, Yolanda Naomi. (2021). Sastra Klasik.(Online).Pardede, Yolanda Naomi. (2021). Sastra Klasik.(Online).tugas-laporan-bacaan-minggu-ke-6.diunduh 13 Oktober 2022
Tidak ada komentar:
Posting Komentar