Rabu, 26 Oktober 2022

Drama

Nama : Aurel Gracia

Nim : 22016014

Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Dosen pengampu : Dr.abdurahman,M.pd.

Sesi(08.50-12.20)



A. Drama
       Drama adalah sebuah jenis karya sastra yang menceritakan sebuah kisah, watak, tingkah laku manusia lewat peran serta dialog yang ditunjukkan di atas panggung.
sah dan cerita dalam drama terkandung konflik serta emosi yang bertujuan guna mempengaruhi orang yang melihat atau mendengar drama itu. Naskah drama diperankan oleh aktor yang mempunyai kemampuan guna menyajikan konflik serta emosi secara utuh.
Istilah drama datang dari khazanah kebudayaan Barat. Istilah drama berasal dari kebudayaan atau tradisi bersastra di Yunani. Hal ini sesuai dengan yang dinyatakan Krauss (1999: 249) dalam bukunya Verstehen und Gestalten, “drama adalah suatu bentuk gambaran seni yang datang dari nyanyian dan tarian ibadat Yunani kuno, yang di dalamnya dengan jelas terorganisasi dialog dramatis, sebuah konflik dan penyelesaiannya digambarkan di atas panggung".

       Kata drama berasal dari bahasa Yunani, tegasnya dari kata kerja dran yang berarti “berbuat, to act atau to do”. Demikianlah dari segi etimologinya, drama mengutamakan perbuatan, gerak, yang merupakan inti hakikat setiap karangan yang bersifat drama.

       Menurut Moulton, “drama adalah hidup yang ditampilkan dalam gerak” (life presented in action) dan Bathazar Verhagen mengemukakan bahwa “drama adalah kesenian melukis sifat dan sikap manusia dengan gerak” (Slametmuljana dalam Tarigan, 1985: 70). Jadi, drama adalah sebuah cerita yang membawakan tema tertentu dengan dialog dan gerak sebagai pengungkapannya.

       Drama adalah sebuah genre sastra yang penampilan fisiknya memperlihatkan secara verbal adanya dialogue atau cakapan diantara tokoh-tokoh yang ada (Budianta dkk., 2002: 95). Dalam pertunjukkan drama, yang paling penting adalah dialog atau percakapan yang terjadi di atas panggung karena dialog tersebut menentukan isi dari cerita drama yang dipertunjukkan.

       Drama termasuk salah satu genre sastra imajinatif, yang mengungkapkan cerita melalui dialog-dialog para tokohnya. Tujuan utama drama adalah untuk dipertunjukkan di atas panggung, namun drama juga bisa dibaca seperti layaknya puisi, prosa, atau novel.

       Dalam proses membaca sebuah drama pikiran dan perasaan akan membayangkan bagaimana dialog-dialog yang dibaca diungkapkan dalam sebuah pertunjukkan. Oleh karena itu, drama termasuk jenis karya sastra imajinatif.

Ciri-ciri Drama
Semua kisah dalam cerita drama digambarkan dalam bentuk dialog, baik dialog antar tokoh ataupun dialog tokoh dengan dirinya sendiri (monolog).
Drama wajib mempunyai tokoh atau karakter yang diperankan oleh manusia, wayang, serta boneka.
Dalam drama wajib ada konflik atau ketegangan yang menjadi inti dari cerita drama.
Durasi waktu pementasan drama bisa berlangsung selama sekitar 3 jam.
Pementasan drama umumnya dilakukan di atas panggung yang sudah dilengkapi beberapa perlengkapan serta peralatan guna menghidupkan suasana.
Pertunjukan drama selalu dilakukan dihadapan penonton dimana drama itu dibuat sebagai sarana hiburan.

Struktur Drama
1. Babak atau Episode
Bagian dari naskah drama yang menyusun peristiwa yang terjadi di sebuah tempat dengan urutan waktu tertentu.
2. Adegan
Bagian dari drama yang menggambarkan terjadinya perubahan peristiwa yang ditandai dengan terjadinya pergantian setting waktu, tempat, serta tokoh.
3. Dialog
Percakapan yang dilakukan oleh 2 atau beberapa tokoh dalam drama. Dialog adalah hal utama yang membedakan drama dengan karya sastra lainnya.
4. Prolog
Kata pengantar saat akan masuk dalam suatu drama yang memberikan gambaran umum mengenai drama yang dipentaskan.
5. Epilog
Bagian akhir dari sebuah drama yang mana isinya menjelaskan kesimpulan, makna, serta pesan dari drama yang dipentaskan.

Unsur-unsur Drama

1. Tokoh dan Penokohan
Tokoh memiliki posisi yang sangat penting karena bertugas mengaktualisasikan cerita atau naskah drama di atas pentas. Dalam cerita drama tokoh merupakan unsur yang paling aktif yang menjadi penggerak cerita. Oleh karena itu, seorang tokoh haruslah memiliki karakter, agar dapat berfungsi sebagai penggerak cerita yang baik.

Di dalam naskah akan ditentukan dimensi-dimensi sang tokoh. Biasanya ada tiga dimensi yang ditentukan, yaitu:

Dimensi fisiologi (ciri-ciri badani) antara lain usia, jenis kelamin, keadaan tubuh, ciri-ciri muka, dll. 
Dimensi sosiologi (latar belakang) kemasyarakatan misalnya status sosial, pendidikan, pekerjaan, peranan dalam masyarakat, kehidupan pribadi, pandangan hidup, agama, hobby, dan sebagainya.
Dimensi psikologis (latar belakang kejiwaan) misalnya temperamen, mentalitas, sifat, sikap dan kelakuan, tingkat kecerdasan, keahlian dalam bidang tertentu, kecakapan, dan lain sebagainya. 
Peleraian - Pada tahap ini mulai muncul peristiwa yang dapat memecahkan persoalan yang dihadapi.
Penyelesaian atau denouement - Drama terdiri dari sekian adegan yang di dalamnya terdapat krisis-krisis yang memunculkan beberapa klimaks. Satu klimaks terbesar di bagian akhir selanjutnya diikuti adegan penyelesaian.
Apabila salah satu saja dari ketiga dimensi di atas diabaikan, maka tokoh yang akan diperankan akan menjadi tokoh yang kaku, timpang, bahkan cenderung menjadi tokoh yang mati.

Berdasarkan perannya, tokoh terbagai atas tokoh utama dan tokoh pembantu. Tokoh utama adalah tokoh yang menjadi sentral cerita dalam pementasan drama sedangkan tokoh pembantu adalah tokoh yang dilibatkan atau dimunculkan untuk mendukung jalan cerita dan memiliki kaitan dengan tokoh utama.

Dari perkembangan sifat atau perwatakannya, tokoh dan perannya dalam pementasan drama terdiri empat jenis, yaitu tokoh berkembang, tokoh pembantu, tokoh statis dan tokoh serba bisa.

2. Alur (Plot)
Alur adalah jalinan cerita. Secara garis besar, plot drama dapat dibagi menjadi beberapa bagian yaitu:

Pemaparan atau eksposisi - Bagian pertama dari suatu pementasan drama adalah pemaparan atau eksposisi. Pada bagian ini diceritakan mengenai tempat, waktu dan segala situasi dari para pelakunya. Kepada penonton disajikan sketsa cerita sehingga penonton dapat meraba dari mana cerita ini dimulai. Jadi eksposisi berfungsi sebagai pengantar cerita. Pada umumnya bagian ini disajikan dalam bentuk sinopsis.
Komplikasi awal atau konflik awal - Jika pada bagian awal tadi situasi cerita masih dalam keadaan seimbang maka pada bagian ini mulai timbul suatu perselisihan atau komplikasi. Konflik merupakan kekuatan penggerak drama.
Klimaks dan krisis - Klimaks dibangun melewati krisis demi krisis. Krisis adalah puncak plot dalam adegan. Konflik adalah satu komplikasi yang bergerak dalam suatu klimaks.

3. Dialog
Dialog berisikan kata-kata. Dalam drama para tokoh harus berbicara dan apa yang diutarakan mesti sesuai dengan perannya, dengan tingkat kecerdasannya, pendidikannya, dsb. Dialog berfungsi untuk mengemukakan persoalan, menjelaskan perihal tokoh, menggerakkan plot maju, dan membukakan fakta.

Jalan cerita drama diwujudkan melalui dialog (dan gerak) yang dilakukan pemain. Dialog-dialog yang dilakukan harus mendukung karakter tokoh yang diperankan dan dapat menunjukkan alur lakon drama. Dalam percakapan atau dialog haruslah memenuhi dua tuntutan;

Dialog harus menunjang gerak laku tokohnya. Dialog haruslah dipergunakan untuk mencerminkan apa yang telah terjadi sebelum cerita itu, apa yang sedang terjadi di luar panggung selama cerita itu berlangsung; dan harus pula dapat mengungkapkan pikiran-pikiran serta perasaan-perasaan para tokoh yang turut berperan di atas pentas. 
Dialog yang diucapkan di atas pentas lebih tajam dan tertib daripada ujaran sehari-hari. Tidak ada kata yang harus terbuang begitu saja; para tokoh harus berbicara jelas dan tepat sasaran. Dialog itu disampaikan secara wajar dan alamiah.

4. Latar
latar atau setting adalah penempatan ruang dan waktu, serta suasana cerita. Penataan latar akan menghidupkan suasana. Penataan latar akan menghidupkan suasana, menguatkan karakter tokoh, serta menjadikan pementasan drama semakin menarik. Oleh karena itu, ketetapan pemilihan latar akan ikut menentukan kualitas pementasan drama secara keseluruhan.

5. Tema
Tema drama adalah gagasan atau ide pokok yang melandasi suatu lakon drama. Tema drama merujuk pada sesuatu yang menjadi pokok persoalan yang ingin diungkapkan oleh penulis naskah. Tema itu bersifat umum dan terkait dengan aspek-aspek kehidupan di sekitar kita.

Tema utama adalah tema secara keseluruhan yang menjadi landasan dari lakon drama, sedangkan tema tambahan merupakan tema-tema lain yang terdapat dalam drama yang mendukung tema utama.

6. Pesan atau Amanat
Setiap karya sastra selalu disisipi pesan atau amanat oleh penulisnya. Dengan demikian pula dengan drama. Hanya saja, amanat dalam karya sastra tidak ditulis secara eksplisit, tetapi secara implisit. Penonton menafsirkan pesan moral yang terkandung dalam naskah yang dibaca atau drama yang ditontonnya.

7. Interpretasi Kehidupan
Maksudnya adalah pementasan drama itu seolah-olah terjadi dengan sesungguhnya dalam kehidupan masyarakat sehari-hari meskipun hanya merupakan tiruan kehidupan. Drama adalah bagian dari suatu kehidupan yang digambarkan dalam bentuk pentas.

B.Jenis-jenis Drama

1. Berdasarkan Penyajian Lakon
Tragedi
Drama yang menggambarkan kesedihan dari tokoh utama dalam drama. Umumnya drama berakhir dengan kisah yang menyedihkan.
Opera
Drama yang dialognya dibuat dengan cara bernyayi serta diiringi musik.
Komedi
Drama yang mempertunjukkan kelucuan para tokoh serta alur cerita lucu.
Tragekomedi
Drama yang menggabungkan antara tragedi serta komedi pada waktu yang sama.
Melodrama
Drama yang dialog serta lakonnya dibuat sambil diiringi oleh musik atau melodi.
Tablo
Drama yang dibuat yang mana para tokoh tak melakukan dialog, namun mengutamakan kemampuan melakukan gerakan tanpa suara contohnya pantonim.
Farce
Drama yang mempertunjukkan bermacam hal lucu lewat tingkah para pelakon. Mirip seperti dagelan namun tidak sepenuhnya sama dengan dagelan.

2. Berdasarkan Sarana
Drama Panggung
Drama yang digambarkan sepenuhnya di atas panggung yang mana para pemain tidak bisa melakukan pengulangan adegan.
Drama Televisi
Drama yang ditampilkan di Televisi yang mana para pemain bisa melakukan pengulangan adegan sebab tidak ditampilkan secara langsung.

Drama Radio
Drama yang hanya bisa didengarkan tanpa dilihat.
Drama Film
Drama yang ditampilkan di layar lebar contohnya bioskop. Drama ini bisa juga dilihat di Televis, tapi sesudah diputar di bioskop terlebih dahulu.
Drama Wayang
Drama yang diperankan oleh wayang pada semua adegannya.
Drama Boneka
Drama yang memakai boneka sebagai tokoh di setiap adegannya.

3. Berdasarkan Keberadaan Naskah
Drama Tradisional
Drama yang dipertunjukkan yang mana para pemeran tidak memakai naskah ketika ada di panggung. Dalam hal tersebut, pemeran membaca gambaran cerita secara umum lalu berimprovisasi sesuai terhadap peran masing-masing.
Drama Modern
Drama yang digambarkan dimana para pemeran memakai naskah ketika ada di panggung. Tapi, para pemeran bisa berimprovisasi pada kejadian-kejadian tertentu.


DAFTAR PUSTAKA

Alex.(2022)."Drama adalah : Pengertian, Struktur, Unsur, Ciri, Jenis, Contoh-Pengajar.co.id" (online) https://pengajar.co.id/drama-adalah/,diunduh pada 27 Oktober 2022.

Rahma, imelda.(2021)."Drama adalah Genre Karya Sastra, Pahami Unsur dan Jenisnya" (online), https://m.fimela.com/lifestyle/read/4493352/drama-adalah-genre-karya-sastra-pahami-unsur-dan-jenisnya diunduh pada 27 Oktober 2022.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penyajian Masalah Semantik: Topik: Analisis Makna dalam Lirik Lagu Tulus: Album Monokrom

Nama          : Aurel Gracia Nim            : 22016014 Prodi        : Pendidikan bahasa dan sastra indonesia Analisis Makna dalam Lirik Lagu...