Kamis, 03 November 2022

Puisi

Nama : Aurel Gracia

Nim : 22016014

Prodi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Dosen pengampu : Dr.abdurahman,M.pd.

Sesi(08.50-12.20)


1. Pengertian Puisi

       Dalam bahasa Indonesia (Melayu) dahulu hanya dikenal satu istilah sajak yang berarti poezie ataupun gedicht. Poezie (puisi) adalah jenis sastra (genre) yang berpasangan dengan istilah prosa. Gedicht adalah indifidu karya sastra, dalam bahasa Indonesia sajak, misalnya sajak Aku. Jadi, dalam bahasa Indonesia hanya ada istilah sajak, baik untuk poezie maupun untuk gedicht.

       Dalam bahasa Inggris ada istilah poetry sebagai istilah jenis sastra: puisi, dan poem sebagai indifidunya. Oleh karena itu, istilah puisi itu sebaiknya dipergunakan sebagai jenis sastra: poetry, sedangkan sajak untuk indifidu puisi: poem. Dengan demikian, penggunaan istilah puisi dan sajak tidak dikacaukan. Misalnya, antologi puisi, puisi Chairil Anwar untuk menunjuk jenis sastranya, sedangkan untuk indifidu sajak Aku, sajak Pahlawan Tak Dikenal.

A. Puisi menurut Pengertian Lama

      Dalam buku pelajaran kesusastraan untuk SMU, masih tampak adanya pengertian puisi menurut pandangan lama, salah satunya dalam buku Wirjosoedarmo (1984: 51) sebagai berikut. Puisi itu karangan yang terikat, terikat oleh (a) banyak baris dalam tiap bait (kuplet/strofa, suku karangan); (b) banyak kata dalam tiap baris; (c) banyak suku kata dalam tiap baris; (d) rima; dan (e) irama.

        Kalau Anda perhatikan contoh syair dan sajak Rustam Effendi, penyair Pujangga Baru, tampaklah bahwa kedua sajak itu sesuai dengan pengertian atau definisi yang dikemukakan Wirjosoedarmo.

B. Puisi menurut Pengertian Baru

       Para penyair baru (modern) menulis puisi tanpa mempedulikan ikatanikatan formal seperti puisi lama. Akan tetapi, mengapa tulisannya atau hasil karyanya masih disebut sebagai puisi?

       Hal ini disebabkan oleh pemahaman bahwa bentuk-bentuk formal itu hanya merupakan sarana-sarana kepuitisan saja, bukan hakikat puisi. Penyair dapat menulis dan mengombinasikan sarana-sarana kepuitisan yang disukainya. Sarana kepuisian dipilih dengan tujuan untuk dapat mengekspresikan pengalaman jiwanya. Para penyair Angkatan 45 memilih sarana kepuitisan yang berupa diksi atau pilihan kata secara tepat, pilihan kata yang dapat memberikan makna seintensitas mungkin, yang dapat merontgen ke putih tulang belulang, kata Chairil Anwar (Jassin, 1978: 136). Sarana kepuitisan yang berupa sajak akhir masih dipergunakan juga demi intensitas arti atau maknanya. Akan tetapi, sajak akhir itu harus berupa pola bunyi yang teratur dan tetap.

2. Aspek Puisi

       Ada 3 aspek yang perlu diperhatikan dalam memahami puisi, yaitu Sifat Seni atau Estetik, Kepadatan, dan Ekspresi Tidak Langsung.

A. SIFAT ESTETIK

       Puisi adalah karya seni sastra. Puisi merupakan salah satu bentuk karya sastra. Rene Wellek dan Warren (1968: 25) mengemukakan: “paling baik kita memandang kesusastraan sebagai karya yang di dalamnya memiliki fungsi estetika yang dominan.”

        Tanpa fungsi seni itu karya kebahasaan tidak dapat disebut karya (seni) sastra. Sementara itu, kita dapat mengenal adanya unsur-unsur estetik (keindahan) misalnya gaya bahasa dan komposisi. Puisi sebagai sebagai karya sastra mengandung fungsi estetika yang sangat dominant, artinya di dalam puisi tersebut terdapat unsur-unsur estetika atau keindahan. Unsurunsur keindahan ini merupakan unsur-unsur kepuitisannya, misalnya persajakan, diksi (pilihan kata), irama, dan gaya bahasa. Gaya bahasa meliputi semua penggunaan bahasa secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu, yaitu efek estetika atau aspek kepuitisan yaitu bunyi, kata, kalimat, dan wacana yang dipergunakan secara khusus untuk mendapatkan efek tertentu itu. Semua itu merupakan aspek estetika atau aspek keindahan puisi.

       Untuk menjelaskan fungsi estetika puisi yang mempunyai aspek bermacam-macam itu, marilah kita ambil contoh sajak-sajak dan kita komentari.

B. KEPADATAN

       Membuat sajak itu merupakan aktivitas pemadatan. Dalam puisi tidak semua peristiwa itu diceritakan. Hal yang dikemukakan dalam puisi hanyalah inti masalah, peristiwa, atau inti cerita. Hal yang dikemukakan dalam puisi adalah esensi sesuatu, jadi puisi itu merupakan ekspresi esensi. Oleh karena puisi itu mampat dan padat maka penyair memilihkata dengan akurat (Altenbernd, 1970: 9).

       Untuk pemadatan ini, kadang-kadang kata-kata hanya diambil inti dasarnya. Imbuhan, awalan, dan akhiran sering dihilangkan. 

C. EKSPRESI TIDAK LANGSUNG

       Di atas telah dikemukakan bahwa sajak “Selamat Tinggal” penuh kiasan. Kiasan ini merupakan salah satu ekspresi atau pengucapan tidak langsung. Apakah ekspresi tidak langsung itu merupakan hakikat puisi? kita tinjau hal ini sebagai penjelasan berikut.

      Puisi itu sepanjang zaman selalu berubah seperti telah kita lihat dalam Kegiatan Belajar 1. Dikemukakan oleh Riffaterre (1978: 1) bahwa sepanjang waktu, dari waktu ke waktu, puisi itu selalu berubah. Perubahan itu disebabkan oleh evolusi selera dan perubahan konsep estetik. Akan tetapi, satu hal yang tidak berubah, yaitu puisi itu mengucapkan sesuatu secara tidak langsung. Ucapan tidak langsung itu ialah menyatakan suatu hal dengan arti yang lain.

       Ketidaklangsungan ekspresi ini menurut Riffeterre (1978: 2) disebabkan oleh 3 hal, yaitu (1) penggantian arti (displacing of meaning),(2) penyimpangan atau pemencongan arti (distorting of meaning), (3) penciptaan arti (creating of meaning). Marilah kita bicarakan satu per satu supaya menjadi jelas.

1. Penggantian Arti

       Penggantian arti ini (Riffaterre, 1987: 2) disebabkan oleh penggunaan metafora dan metomini. Metafora dan metomini adalah salah satu bahasa kiasan. Akan tetapi, yang dimaksudkan metafora dan metonimi disini adalah bahasa kiasan pada umumnya. Bahasa kiasan itu merupakan ucapan tidak langsung. Bahasa kiasan terdiri atas (a) Perumpamaan (simile), (b) metafora,(c) personifikasi, (d) metonimi, (e) sinekdoki, (f) perumpamaan (epic simile),dan (f) alegori. Jadi, metafora dan metonimi adalah salah satu jenis bahasa kiasan.Perumpamaan (simile) mengiaskan sesuatu dengan kaata pembanding:seperti, sebagai, bak, seumpama. Bahasa kiasan itu dipergunakan untuk membuat gambaran menjadi jelas.

2. Penyimpangan Arti

       Penyimpangan arti atau pemencongan arti ini (Riffaterre, 1978: 2) disebabkan oleh penggunaan (a) ambiguitas, (b) kontradiksi, dan (c) nonsense.

      Ambiguitas adalah ketaksaan, yaitu kata yang mempunyai arti lebih dari satu atau dapat ditafsirkan bermacam-macam makna. Ambiguitas itu dapat berupa kata, frase (kelompok kata) atau kalimat.

3. Penciptaan Arti

      Penciptaan arti (Riffaterre, 1978: 2) adalah pengorganisasian ruang teks untuk menciptakan arti. Ruang teks itu secara linguistik, secara kebahasaan, tidak ada artinya. Di antaranya pola persajakan, enjambemen, tipografi, dan homologue.

      Persajakan itu misalnya sajak akhir, asonansi dan aliterasi, secara linguistik tidak ada artinya, tetapi dalam sajak menimbulkan arti atau makna; makna keindahan, makna penyangatan pernyataan atau makna yang lain.

       Enjambemen itu perloncatan baris; baris kalimat yang belum selesai diputus dan diloncatkan kebaris di bawahnya. Gunanya untuk memberi perhatian atau ketegangan kata terakhir dalam baris ituatau kata pertama dalam baris berikutnya. Misalnya, dalam bait pertama sajak Sebuah jendela menyerahkan kamar ini belum selesai, diloncatkan pada baris berikutnya pada dunia. Bulan yang menyinar ke dalam-/mau lebih banyak tahu.

        Tipografi adalah tata huruf (lihat contoh sajak Tragedi Winka & Sihka dalam Modul 2. Tata huruf dibuat berliku-liku seperti kelok-kelok jalan yang berbahaya. Secara linguistik, tipografi berkelok-kelok itu tidak ada artinya. Akan tetapi, dalam sajak itu, karena konvensi sistem tanda, dapat mempunyai makna. Di situ berarti perkawinan yang penuh kasih itu, melalui jalan kehidupan yang berkelok-kelok penuh bahaya, dapat berakhir dengan perceraian (Winka) yang penuh kedamaian (sihka). Itulah sebuah tragedi winka & sihka. Kata-kata kalau dibalik (dimetatesiskan) artinya berbalikan juga. Misalnya, Tuhan kalau dibalik menjadi hantu. Tuhan itu maha kasih, hantu itu maha jahat. 

3. Fungsi Puisi

       Sesuai dengan sifat dan hakikat puisi yang merupakan ekspresi tidak langsung, kegunaan puisi ini juga tidak langsung, yaitu kegunaan yang bersifat spiritual bagi kehidupan batin dan kejiwaan manusia. Puisi mempengaruhi kehidupan manusia lewat kehidupan batin dan kejiwaannya. Lewat kehidupan kejiwaan ini, pasti mempengaruhi aktivitas kehidupan fisik manusia. Misalnya, aktivitas perjuangan bangsa menuju kemerdekaan bangsa seperti disarankan oleh puisi berjiwa kebangsaan yang ditulis oleh para penyair Pujangga Baru.

        Jenis-jenis kegunaan puisi itu banyak sekali sesuai dengan kandungan isinya. Akan tetapi, dalam uraian ini kita ambil yang penting-penting saja antara lain, manfaat yang berkaitan dengan (1) ketuhanan atau keagamaan, (2) kualitas diri, (3) tanah air, (4) sesama manusia, (5) manfaat puisi terhadap seni dan kebudayaan.

1. Manfaat Puisi terhadap Rasa Ketuhanan

       Puisi dapat mendekatkan diri manusia kepada Tuhan, Sang Pencipta, Yang Maha Rahman. Ada beberapa sajak religius yang terkenal, misalnya Padamu Jua karya Amir Hamzah, Doa sajak Chairil Anwar.

2. Manfaat Puisi terhadap Kualitas Diri

       Puisi dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas diri dengan cara mengevaluasi tingkah laku, mengintrospeksi diri secara jujur. Hal ini tampak dalam sajak Chairil anwar Selamat Tinggal yang telah dikutip di depan. Dengan berkaca, melihat diri sendiri, merenungi keadaan diri sendiri, si aku melihat cacat-cacat dan kekurangan dirinya. Dalam sajak M. Taslim Ali berikut tampak siapa atau apa hakikat manusia sesungguhnya.

3. Manfaat Puisi terhadap Rasa Cinta pada Tanah Air

        Sajak juga dapat membangkitkan rasa cinta pada tanah air, membangkitkan semangat berjuang untuk merebut kemerdekaan. Hal ini dapat kita lihat pada Sajak Asmara Hadi Bangsaku Bersatulah yang telah kita bicarakan di atas. Dalam sajak Tanah Bahagia karya Sanusi Pane, si aku ingin menuju ke tanah bahagia yaitu tanah Indonesia yang merdeka. Pada waktu itu Indonesia masih dijajah Belanda (1932). Oleh karena itu, si aku selalu bersedih hati, sengsara setiap hari. Si aku merindukan tanah bahagia yang bersinar emas permata. Secara tidak langsung si aku mengiaskan bangsa Indonesia yang menginginkan kemerdekaan

4. Manfaat Puisi terhadap Hubungan Sesama Manusia

       Puisi juga dapat membangkitkan rasa cinta kepada sesama, kepada orang-orang sebangsa yang menderita. Puisi mengajak mengentas kemiskinan, membantu yang lemah. Dalam sajak Buat Saudara Kandung, Hartoyo Andangdjaya menyebut kaum sebangsa sebagai saudara kandung. Mereka adalah rakyat kecil yang hidup menderita, yang harus dientas dari penderitaan dan kemiskinan. Meskipun sudah lama merdeka, tetapi mereka masih hidup dalam penderitaan.

5. Manfaat Puisi terhadap Kebudayaan

        Puisi juga dapat merangsang tumbuhnya rasa cinta terhadap kebudayaan sendiri. Sering kali kita lupa bahwa kita telah mempunyai kebudayaan yang tinggi. Kita lupa memeliharanya, padahal bangsa asing sering ingin mempelajarinya, seperti mempelajari seni pedalangan, gamelan, seni tari. Mereka juga ingin memiliki benda-benda hasil kebudayaan kita, seperti patung, lukisan, keris, dan alat-alat gamelan atau kesenian yang lainnya. Sajak Ajib Rosidi berikut ini mengajak kita untuk memelihara kebudayaan dan kesenian kita.

4. Unsur-unsur Puisi

        Dalam membentuk puisi terdapat dua unsur yaitu, unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik. Agar lebih memahami lebih jelas, simak penjelasan unsur-unsur puisi berikut ini yang dirangkum dari buku Analisis Unsur Pembangunan Puisi yang ditulis oleh Sutji Harijanti, yaitu:

a. Unsur Intrinsik

Unsur intrinsik puisi adalah unsur yang terkandung dalam puisi dan memengaruhi puisi sebagai karya sastra.

1. Diksi atau pilihan kata

Dalam membangun puisi, penulis memilih kata dengan cermat dengan cara mempertimbangkan makna. Selain itu, kedudukan kata dalam suatu puisi keseluruhan.

2. Daya bayang atau imaji

Imaji ketika membangun puisi adalah penggunaan kata-kata yang konkret dan khas yang dapat menimbulkan imaji visual, auditif, dan taktil.

3. Gaya bahasa atau majas

Gaya bahasa dalam puisi yaitu bahasa yang dipakai penyair untuk mengatakan sesuatu dengan memakai kata-kata yang bermakna kiasan.

4. Bunyi

Bunyi dalam puisi mengacu pada penggunaan kata tertentu sehingga menimbulkan efek nuansa berbeda.

5. Rima

Rima adalah persamaan bunyi dalam puisi yang bertujuan untuk menimbulkan efek keindahan.

6. Ritme

Selain rima, dalam puisi juga diperlukan adanya ritme, ritme dalam puisi adalah dinamika suara dalam puisi agar tidak monoton bagi penikmat puisi.

7. Tema

Tema dalam puisi adalah gagasan pokok yang ingin disampaikan oleh penulis melalui puisinya.

b. Unsur ekstrinsik

Unsur ekstrinsik puisi adalah unsur-unsur yang berada di luar puisi dan mempengaruhi kehadiran puisi sebagai karya seni. Adapun yang termasuk dalam unsur ekstrinsik puisi yaitu aspek historis, psikologis, filsafat, dan religius.

1. Aspek historis, adalah unsur kesejarahan atau gagasan yang terkandung dalam puisi.

2. Aspek psikologis, adalah aspek kejiwaan pengarang yang termuat dalam puisi.

3. Aspek filsafat, filsafat berkaitan erat dengan puisi atau karya sastra keseluruhan.

4. Aspek religius, dalam puisi mengacu pada tema yang umum diangkat dalam puisi oleh penyair.


DAFTAR PUSTAKA 

Alisyahbana, S. Takdir. (1996). Puisi lama. Jakarta: Dian Rakyat.

Andangdjaya, Hartoyo. (1973). Buku Puisi. Jakarta: Pustaka Jaya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Penyajian Masalah Semantik: Topik: Analisis Makna dalam Lirik Lagu Tulus: Album Monokrom

Nama          : Aurel Gracia Nim            : 22016014 Prodi        : Pendidikan bahasa dan sastra indonesia Analisis Makna dalam Lirik Lagu...